Webinar Intani Talk yang diselenggarakan pada Rabu, 14 Mei 2025 pukul 10.00 WIB ini menghadirkan diskusi strategis seputar isu-isu ketahanan pangan. Kegiatan ini dilaksanakan secara daring melalui Zoom dan disiarkan langsung di kanal YouTube Tani TV, sehingga dapat diakses luas oleh masyarakat dari berbagai daerah di Indonesia. Webinar pekan ini mengangkat tema “Integrated Farming ala Pensiunan” yang mengundang seorang pensiunan Pegadaian, Pak Sandjoko, yang saat ini menggeluti dunia pertanian dan menjadi ketua Kelompok Tani Kontan Berdaya, di Desa Betek, Madiun, Jawa Barat.
Kelompok Tani Kontan Berdaya berdiri sejak tahun 2021. Konsep pertanian terpadu yang dikembangkan mencakup budidaya sayuran organik seperti kangkung, bayam, dan pakcoy; peternakan ayam dan kambing; pengolahan pupuk organik dari limbah ternak; serta pemanfaatan lahan pekarangan. Semua kegiatan dijalankan dengan prinsip zero waste, di mana limbah dari satu unit usaha menjadi input bagi unit lainnya.
Bertani dan beternak memberikan banyak manfaat. Produksi pupuk yang dibagikan kepada petani lain adalah kegiatan produktif yang juga membawa nilai spiritual, karena setiap hari berkecimpung dengan alam. Aktivitas ini memberikan ketenangan batin dan meningkatkan spiritualitas. Merawat ternak seperti domba mengajarkan pengendalian emosi dan kesabaran. Aktivitas ini juga mempererat silaturahmi, karena mempertemukan petani dari berbagai komunitas seperti komunitas peternak di wilayah Karesidenan Madiun dan komunitas pertanian organik. Kombinasi manfaat ini menjadikan masa pensiun terasa lebih bermanfaat: sehat, uang cukup, kegiatan bermakna, spiritualitas meningkat, emosi terkendali, dan silaturahmi tiada henti — sebuah “pensiun sukses”.
Dalam kerja sama dengan INTANI dan PT Pegadaian, dilakukan program ketahanan pangan di beberapa wilayah, salah satunya di Madiun dengan komoditas utama padi dan cabai organik. Lahan ini dijadikan lahan percontohan untuk direplikasi di tempat lain. Uji coba pertanian terpadu skala rumah tangga juga telah dilakukan di Desa Betek dengan pemanfaatan pekarangan rumah menggunakan polybag. Media tanam dan benih telah disiapkan, meskipun media tanam masih perlu penyempurnaan.
Kelompok tani ini juga sedang mengupayakan sertifikasi sebagai Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S). Infrastruktur dan sarana sudah disiapkan, tinggal menunggu evaluasi dari Dinas terkait. Untuk produksi pupuk organik, kelompok ini memproduksi pupuk padat dari kotoran kambing yang diproses di shelter bantuan dari Pegadaian, serta pupuk cair dari bahan lokal — satu-satunya bahan beli adalah molase (tetes tebu). Penggunaan pupuk saat ini masih untuk internal karena menunggu izin edar, demi menghindari masalah hukum seperti yang pernah terjadi di daerah lain.
Dalam diskusi yang berlangsung, muncul pertanyaan mengenai hasil panen padi per hektar dengan pupuk organik dan tingkat keorganikannya. Saat ini, belum sepenuhnya organik karena masih menggunakan campuran pupuk buatan sendiri dan pupuk kimia dalam rasio 50:50.
Juga dijelaskan beberapa jenis pupuk yang dibuat:
-
Pupuk padat (kompos): menggunakan kotoran kambing, abu, dan dolomit, diproses dengan enzimatik dan diaduk setiap minggu, siap dalam 3 minggu.
-
Pupuk enzimatik: dari sisa sayur dan buah, difermentasi selama 1 bulan menggunakan molase.
-
Pembenah tanah: dari batang pisang cincang dan nanas, direndam air dan molase, ditutup selama 1 bulan.
-
Pupuk fotosintetik: dibuat dari telur beserta cangkangnya.
Menurut pandangan kelompok, ketahanan pangan lebih realistis dijalankan pada skala rumah tangga dengan sistem integrated farming, karena lebih hemat dan efisien. Meski demikian, untuk skala besar tetap memungkinkan jika dilakukan secara kolektif melalui koperasi, dengan bantuan alat pertanian modern dan sistem kerja yang solid.