Pembiayaan yang dikelola oleh Pegadaian kini menjadi solusi alternatif bagi UMKM, petani, dan nelayan di Indonesia, dengan skema yang menyerupai perbankan namun lebih mudah diakses. Pembiayaan ini meliputi beberapa skema, termasuk internal Pegadaian dan kerja sama dengan Kementerian melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR), dengan plafon maksimal sekitar Rp50 juta yang diberikan secara bertahap. Fokus utama pembiayaan adalah petani pemilik lahan maupun penggarap langsung, serta nelayan dan UMKM yang membutuhkan modal kerja atau investasi.

Webinar Intan Talk, sebuah program kolaborasi Intani dengan PT Pegadaian, digelar untuk memberikan edukasi dan inspirasi kepada petani dan nelayan di seluruh Indonesia. Intani sendiri aktif mengembangkan pertanian terpadu berbasis organik melalui pelatihan kelompok tani di berbagai daerah, serta mendukung pengembangan koperasi dan program tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL). Salah satu fokus pengembangan adalah Kampung Swasembada Pangan. yang menitikberatkan pada dua komoditas utama, yaitu padi dan hortikultura khususnya cabai, serta pengembangan peternakan dan perikanan.

Pembiayaan Pegadaian dirancang dengan skema angsuran yang fleksibel, menyesuaikan dengan siklus panen petani, seperti produk kreasi fleksi yang memungkinkan pembayaran satu kali hingga beberapa kali dalam setahun. Pendekatan personal diterapkan untuk menilai kebutuhan nasabah agar pinjaman tepat guna dan perputarannya lancar. Contoh penggunaan pembiayaan antara lain pembelian alat produksi seperti traktor, rumpon untuk nelayan, dan pembiayaan budidaya rumput laut serta komoditas lainnya.

Proses pengajuan pembiayaan cukup sederhana. Nasabah hanya perlu mengisi formulir di outlet Pegadaian terdekat dan melampirkan identitas (KTP dan KK). Tim Pegadaian akan melakukan survei dan wawancara maksimal dalam tiga hari kerja. Selain itu, tim juga memberikan edukasi pembuatan laporan keuangan sederhana untuk membantu nasabah mengelola usaha secara lebih baik. Pembiayaan ini tidak hanya berfungsi sebagai modal kerja, tetapi juga untuk investasi alat produksi, dengan tingkat Non Performing Loan (NPL) yang rendah sebagai indikator keberhasilan program.

Jaringan Pegadaian yang luas hingga tingkat kecamatan memudahkan akses pembiayaan bagi petani dan nelayan. Program ini mendukung peningkatan ekonomi melalui pembiayaan produktif dan edukasi keuangan, sejalan dengan upaya pemerintah dalam memberikan kepastian harga hasil panen. Intani bersama Pegadaian dan mitra berharap dapat terus memotivasi petani dan UMKM agar semakin berkembang dan mandiri.

Keunggulan Pegadaian dibanding perbankan terletak pada prosesnya yang cepat, sederhana, dan tidak mengharuskan masyarakat memiliki rekening bank. Masyarakat bisa langsung datang ke Pegadaian atau agen terdekat yang tersebar sebanyak 266.000 di seluruh Indonesia untuk mengajukan pembiayaan. Pembayaran angsuran dapat dilakukan secara tunai di outlet atau agen, meskipun Pegadaian juga mengedukasi UMKM untuk mulai mengenal rekening bank, terutama lewat kerja sama dengan Bank BRI yang menyediakan pembukaan rekening gratis bagi nasabah Pegadaian.

Untuk pinjaman besar, jaminan atau agunan diperlukan. Namun, untuk KUR sampai Rp10 juta bahkan hingga Rp50 juta, pembiayaan dapat diberikan tanpa jaminan sesuai aturan pemerintah. Pinjaman dapat disesuaikan dengan kebutuhan usaha, termasuk untuk pembelian alat berat seperti traktor yang memang memerlukan jaminan. Pendampingan juga dilakukan dalam penggunaan dana dan pembukuan sederhana agar usaha nasabah dapat berjalan sukses.

Skema pengembalian pembiayaan Pegadaian sangat fleksibel, disesuaikan dengan jenis usaha dan siklus usaha nasabah, seperti pembayaran harian, bulanan, atau musiman sesuai hasil panen. Pendampingan dan pemantauan intensif dilakukan untuk meminimalisir gagal bayar, dengan tingkat kegagalan relatif rendah terutama di sektor UKM, pertanian, nelayan, dan peternakan. Pembiayaan ini banyak dimanfaatkan di pusat-pusat ekonomi UMKM seperti Surabaya, Yogyakarta, dan Medan, serta di daerah pertanian di Sulawesi dan Jawa.

Pegadaian juga menyediakan program Gade Preneur, yaitu pelatihan bisnis dan pembiayaan berkurikulum untuk mendukung pelaku UMKM, baik nasabah Pegadaian maupun masyarakat umum. Program ini meliputi pembinaan offline, monitoring virtual, dan rebranding usaha dengan mentor praktisi bisnis ternama serta dukungan pemasaran melalui katalog usaha. Peserta mendapat pelatihan lengkap mulai dari pengembangan produk, desain kemasan, administrasi, digital marketing, hingga penjualan, sehingga meningkatkan kualitas dan penjualan produk UMKM.

Secara keseluruhan, Pegadaian tidak hanya memberikan pembiayaan, tetapi juga pendampingan intensif agar usaha mikro dan petani tetap produktif meskipun menghadapi risiko gagal panen atau usaha. Keberadaan outlet dan agen yang dekat dengan masyarakat membuat layanan ini lebih mudah diakses dibanding perbankan yang sering dianggap jauh dan rumit. Pendekatan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan siklus usaha petani dan UMKM ini menjadi solusi efektif untuk meningkatkan kesejahteraan mereka dan memperkuat ekonomi lokal secara berkelanjutan.

Diskusi terkait kemitraan dengan Pegadaian mengangkat beberapa poin penting, khususnya bagi kelompok tani dan petani pemula termasuk petani milenial. Kemitraan dapat berbasis kelompok maupun perorangan. Untuk petani pemula, fasilitas KUR tersedia secara perorangan, sementara kelompok tani yang berpengalaman mendapatkan kemudahan fasilitas berbeda. Semangat menjadi petani produktif dan berkelompok membuka peluang ekspor dan pengembangan usaha.

Menghadapi tantangan penurunan harga hasil panen akibat suplai tinggi atau produk impor, Pegadaian menyediakan fasilitas gadai gabah. Petani dapat menggadaikan gabah mereka saat panen raya dengan sistem penyimpanan khusus agar gabah tidak rusak, memungkinkan mereka menunggu harga naik sebelum menjual. Ini menjadi cadangan saat paceklik atau harga jatuh.

Pegadaian juga mengedukasi penggunaan virtual account dan rekening bank untuk mempermudah transaksi, terutama bagi petani yang juga mengurus ternak, sehingga tidak perlu selalu datang ke kantor Pegadaian. Agen Pegadaian yang tersebar luas di seluruh Indonesia, sekitar 266.000 agen, menjadi perpanjangan tangan yang mendekatkan pelayanan kepada petani.

Pengalaman kerja sama Pegadaian dengan komunitas dan koperasi di daerah, seperti koperasi Desa Merah Putih dengan 81.000 anggota, menunjukkan tantangan koordinasi di lapangan. Meski ada dukungan di pusat, hambatan instruksi di daerah membuat kerja sama belum optimal. Namun, koperasi besar ini sangat potensial menjadi mitra agen Pegadaian untuk menyalurkan produk dan layanan ke anggota secara efektif.

Program seperti SITOK (platform komunikasi komunitas Pegadaian) dan tabung emas menjadi potensi besar yang perlu disinergikan kembali dengan koperasi desa. Dukungan pemerintah bersama koperasi Desa Merah Putih sangat cocok untuk memperluas jangkauan program Pegadaian hingga ke desa-desa dengan unit simpan pinjam yang terintegrasi.

Kolaborasi dengan kelompok nelayan juga menjadi fokus penting, mengingat sektor ini kurang terjangkau lembaga keuangan. Contohnya di Maluku dan Kalimantan Timur, pembiayaan nelayan didukung dengan bunga rendah dan pembangunan fasilitas seperti stasiun pengisian bahan bakar nelayan (SPBUN) untuk memperlancar akses bahan bakar di daerah pesisir.

Diskusi ini menegaskan pentingnya edukasi, kolaborasi, dan kemudahan akses pembiayaan bagi petani, nelayan, dan UMKM, didukung jaringan luas Pegadaian dan koperasi desa. Digitalisasi transaksi dan pengembangan agen Pegadaian di desa diharapkan dapat memperluas layanan ke seluruh pelosok negeri.

Bagi petani dan UMKM yang ingin memperoleh pembiayaan, cukup mengunjungi kantor atau agen Pegadaian terdekat untuk mengisi formulir. Tim Pegadaian akan melakukan tindak lanjut pengajuan. Informasi mengenai komunitas Intani dan layanan Pegadaian juga telah disebarkan melalui WhatsApp grup, media sosial, dan website resmi.

Diskusi ditutup dengan harapan agar kolaborasi dan sinergi antara Pegadaian, koperasi desa, dan komunitas petani-nelayan semakin kuat, mendukung kemajuan sektor pertanian, perikanan, dan UMKM di Indonesia secara berkelanjutan.

LEAVE A REPLY