TANI.TV – Komisaris Independen BRI Agro Rina Sa’adah mengatakan, dalam dasawarsa terakhir Indonesia memiliki krisis regenerasi pertanian. Ia meminta semua pihak mendukung inovasi para pemuda dalam mengembangkan sektor pertanian.
Hal itu disampaikan oleh Rina dalam webinar “Krisis Regenerasi Pertani dan Strategi Mencetak Petani Milenial” yang diselenggarakan oleh Insan Tani dan Nelayan Indonesia (INTANI) pada hati Rabu, (05/5/21).
Menurut Ketua Umum Himpunan Pemuda HKTI itu, kekosongan generasi petani terlihat dari minat mahasiswa yang tidak ingin terjun dalam dunia pertanian pasca purna dari status kemahasiswaannya.
“Mayoritas mahasiswa Alumni pertanian tidak tertarik ke terjun pertanian. Mindset di masyarakat adalah pertanian tidak memberikan penghasilan signifikan. Itu tidak bisa dihindarkan karena mayoritas orang tua mereka adalah petani,” kata Rina.
Selain itu ia juga menyebut bahwa Indonesia dari dulu dikenal dengan negara agraris. Akan tetapi asumsi itu masih jauh dari apa yang terjadi di lapangan. Buktinya hasil komoditas pertanian belum bisa mencukupi kebutuhan nasional.
“Indonesia disebut negara agraris. Itu betul dengan mayoritas jumlah pendukung yang berasal dari petani. Tapi itu bertolak belakang mengingat sumbangsih dari sektor pertanian masih kecil,” tegasnya.
Ia juga menyinggung sola masalah regenerasi petani, yang kerap terjadi gap antar periode generasi, dimana umur 40 tahun mayoritas di pertanian. Sedangkan di bawah umur 40 tahun mereka tidak tertarik terjun ke pertanian. Itu akan menyebabkan krisis pengetahuan.
Disisi lain, permasalahan selanjutnya yakni Krisis ekologis. Dimana tanah pertanian kita masih bergantung kepada pupuk kimia. “Tanah kita sudah tidak seperti dulu dan bergantung pada pupuk kimia,” jelas Rina.
Kendati demikian, ia menilai saat ini sudah muncul beberapa inovasi dari pemuda dalam menyongsong produktifitas sektor pertanian. Ia pun meminta semua pihak mendukung atas karya tersebut.
“Banyak pemuda yang berinovasi dengan menciptakan pupuk organik. Itu harus kita dukung. Kita harus mendukung itu untuk dikembangkan pada riset-riset yang lebih objektif agar hasil pupuk organik,” tandas Komisaris Independen BRI Agro Rina Sa’adah. (ud/ed).